Knowledge, Religion and Technology

Wednesday, April 18, 2018

Mempertahankan Soliditas Jamaah


Mempertahankan Soliditas Jamaah


Bismillah.
Dalam berjamaah memang akan begitu banyak dinamika-dinamika didalamnya, salah satunya yaitu persoalan tentang merajuk. Penyakit ini pasti akan timbul didalam hati para kader meskipun kader yang sudah lama didalam jamaah apalagi yang masih baru.

Kemenangan bisa membuat orang terlena dan tertipu. Hal ini juga pernah terjadi dalam jamaah yang dibangun Rasulullah SAW. Contohnya setelah Perang Hunain saat Rasulullah memberikan para mualaf (penduduk Mekah yang baru masuk Islam) harta rampasan perang (ghanimah) untuk mengikat hati mereka kepada Islam. Namun sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan Muslim sebagian kaum Anshar merasa keberatan atas tindakan itu dan menggerutu, “Semoga Allah mengampuni Rasul-Nya, dia memberi Quraisy dan membiarkan kita padahal pedang-pedang kita masih meneteskan darah mereka.”

            Rasulullah SAW pun mengumpulkan kaum Anshar dan menyampaikan khutbah khusus sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim :
            “Hai kamu Anshar, apakah kalian jengkel karena tidak menerima sejumput sampah keduniaan yang tidak ada artinya? Dengan ‘sampah’ itu aku hendak menjinakkan suatu kaum yang baru saja masuk Islam sedangkan kalian telah lama berislam. Hai kaum Anshar, apakah kalian tidak puas melihat orang lain pulang membawa kambing dan unta, sedangkan kalian pulang membawa Rasul Allah? Demi Allah, apa yang kalian bawa pulang lebih baik daripada apa yang mereka bawa. Demi Allah yang nyawa Muhammad berada di Tangan-Nya, kalau bukan karena hijrah niscaya aku menjadi salah seorang dari Anshar. Seandainya orang lain berjalan dilereng gunung yang lain, aku pasti turut berjalan dilereng gunung yang ditempuh kaum Anshar. Sesungguhnya kalian akan menghadapi diskriminasi sepeninggalanku, maka bersabarlah hingga kalian berjumpa denganku di telaga (surge). Ya Allah limpahkan rahmat-Mu kepada kaum Anshar, kepada anak-anak kaum Anshar, dan kepada cucu kaum Anshar!”

            Mendengar ucapan Nabi SAW tersebut, kaum Anshar menangis hingga jenggot mereka basah karena air mata. Mereka kemudian menjawab, “Kami rela mendapatkan Allah dan Rasul-Nya sebagai pembagian dari jatah kami.”

            Demikianlah upaya Nabi SAW untuk mempertahankan soliditas jamaah akibat godaan dunia berupa harta rampasan perang. Beliau mengingatkan kembali tentang pentingnya keikhlasan. Kemenangan dan kesuksesan memang mebawa konsekuensi berupa datangnya berbagai kenikmatan yang dapat melenakan. Dibutuhkan tashawwur yang jernih dan hati yang ikhlas untuk tidak tertipu (ghurur) dengan kemenangan dan kesuksesan.

            Di zaman now ini, kemenangan dan kesuksesan dakwah juga bisa membuat sebagian aktivis dakwah terlena dengan kenikmatan yang diperoleh berupa harta, jabatan, atau popularitas. Jika tidak hati-hati, mereka dapat tergelincir (insilakh) dari jalan dakwah karena sibuk memperebutkan “sejumlah sampah”, seperti yang diistilahkan Nabi Muhammad SAW dalam hadist di atas.

            Sangat ironis, jika aktivis dakwah menukar jalan dakwah yang mahal ini dengan “sampah” yang nista dan bernilai rendah. Camkanlah perkataan imam asy-Syahid Hasan al-Banna ini, “Kami tidak mengharapkan sesuatu dari manusia, tidak mengharapkan harta benda atau imbalan yang lainnya, tidak juga popularitas, apalagi sekedar ucapan terima kasih. Yang kami harap hanyalah pahala dari Allah, Dzat yang telah menciptakan kami.”

            “Jangan tanyakan apa yang telah jamaah berikan kepada kita tapi tanyakanlah apa yang telah kita berikan untuk jamaah ini, sooo Bergerak atau Tergantikan!”

Share:

0 komentar:

Post a Comment

Jadwal Sholat

jadwal-sholat

Nasyid

SHOUTUL HAROKAH IZZATUL ISLAM MAIDANY

Fans Page

Postingan Terbaru

Pembahasan 11.9.3-packet-tracer---vlsm-design-and-implementation-practice CCNAv7.02 (ITN) 2022

 Assalamualaikum. Kali ini saya akan membahas Lab 11.9.3-packet-tracer---vlsm-design-and-implementation-practice CCNAv7.02 (ITN) 2022. Smo...